Cerita ini tentang cinta, kesetiaan, pengorbanan, dan kematian. Dimana sebuah pengorbanan yang tragis dan kematian tidak pernah lepas dari pelampiasan cinta. Cinta memang indah, cinta memang bahagia, cinta memang menyenangkan.. tapi sesudah itu, cinta menjadi kelam, cinta menjadi gelap, cinta menjadi bencana!! Tapi setidaknya, cinta itu abadi, tak lekang oleh waktu.. cukup sulit untuk mengungkapkanya. Tak habis piker.. mengapa setiap akhir kisah cinta selalu meneteskan air mata. Ya… cinta cinta dan cinta… begitu banyak puisi cinta, begitu banyak lagu-lagu cinta, begitu banyak cerita cinta, begitu banyak orang mencintai, begitu banyak orang dicintai, egitu banyak cinta di dunia. Hal itu membuktikan bahwa mulianya cinta di dunia ini. Dan salah satunya adalah cerita ini.
Bermula dari kebutaan yang di derita oleh Luna selama bertahun-tahun. Memang berat baginya untuk menjalani seperempat hidupnya dengan kondisinya yang memprihatinkan itu. Ia menjalani hidupnya dengan membuka sebuah toko bunga, membantu orang disekitarnya dan mengunjungi anak yatim piatu di sebuah panti asuhan. Hanya itu yang dapat ia lakukan di sisa hidupnya. Berharap ada orang yang mencintinya seperti orang biasa.
Disisi lain, ada sosok lelaki bernama Romeo yang baru saja divonis dokter menderita kanker hati. Romeo adalah anak seorang pengusaha kaya. Ia bekerja menjadi fotografer handal. Dalam keterpurukannya, ia mengingat banyak keselahan-kesalahan yang telah ia lakukan. Ia mencoba untuk lebih baik lagi. Akhirnya Romeo mengunjungi sebuah panti asuhan dimana yang sering dikunjungi Luna. Disana ia bicara oleh salah seorang pengasuh di panti asuhan itu. Ia baru sadar, bahwa bukan hanya dia yang kurang perhatian dari orang tua. Yang selalu hanya ditemani harta. Karena sebagian besar anak-anak disana lebih parah darinya. Romeo pun dikenalkan pada anak-anak panti asuhan disana. Ia banyak bercerita tentang masa kecilnya. Saat ditengah cerita Luna yang baru saja memberikan hadiah pada seorang anak yang berada di luar ruangan, sangat terkesan dengan cerita yang diceritakan oleh Romeo. Parfum yang digunakan oleh romeo membuat Luna merasa dapat mengenalnya dilain waktu. Saat selesai berbicara dengan anak- anak panti asuhan Romeo bertanya kepada pengasuh yang tadi berbicara dengannya, siapa wanita yang melihatnya didepan pintu tadi. Pengasuh itu berkata
“gadis itu adalah, ia mengalami kebutaan sejak beberapa tahun yang lalu.”
Karena merasa simpati, Romeo mencarinya, hingga ia menemukannya sedang mendiamkan seorang anak yang sedang menangis. Karena melihat seorang lelaki tak dikenal mulai mendekati mereka berdua, anak itu berlari ketakutan meninggalkan Luna. Luna yang merasa ada orang lain didekatnya, segera berdiri dari duduknya. Saat mereka berdua saling berhadapan, Lunapun berkata
“kamu yang tadi cerita di ruangan itu kan?”
Dengan terkejut Romeo bertanya kembali
“bagaimana bisa kamu mengenal saya?”
Luna tersenyum menjelaskan bahwa ia bisa mengenal seseorang dari aroma tubuhnya.
“ saya Romeo”
Kata Romeo mengenalkan diri. Dan dibalas oleh Luna
“Luna”
Sepertinya telah tumbuh benih cinta di dalam hati mereka masing-masing. Sejak itu mereka menjadi semakin dekat saling bertukar pikiran. Pada suatu hari, Romeo bertanya bagaimana Luna untuk mengenal orang hanya dari aroma tubuh saja. Dengan semangat Luna mengajak Romeo ke toko bunganya.
“nah…. Dari sini saya dapat mengandalkan daya ingat saya untuk mengenal jenis-jenis bunga, begitupun orang”
Romeopun mengerti. Sejak itu ia sering pergi ke toko bunga milik bunga. Luna juga mengajarkannya untuk menjadi orang yang lebih ramah dan berjiwa social, seperti membagikan makanan pada anak jalanan, mengamen, dan membantu sopir angkot mendorong angkotnya yang mogok. Suatu hari Romeo merasakan penyakitnya mulai kambuh. Hingga akhirnya ia tidak bekerja. Karena sampai sore Romeo tidak meneminya ditoko untuk memotret. Lunapun merasa ada yang janggal dan menemui Romeo di rumahnya dengan membawa makanan.
“tok..tok..tok!!!”
Suara pintu diketuk. Romeo yang merasa dirinya sudah agak lebih baik, segera membukakan pintu..
“lho.. kok nggak bilang-bilang mau dateng?”
Luna berkata
“gimana saya mau bilang? Saya takut kamu kenapa-kenapa.. makanya saya kesini.”
“mm, ya udah.. ayo masuk….”
Lunapun mengikuti Romeo
“ini saya bawain makanan.. takutnya kamu kelaperan..”
“aduh… jadi ngerepotin nih..”
Kata Romeo merasa tidak enak. Mereka akhirnya makan bersama. Setelah selesai, Romeo batuk dan mengeluarkan darah. Romeo terdiam dan berusaha mencari tisue untuk membersihkan tangannya yang berlumuran darah. Karena tidak mendengar suara Romeo, Lunapun bertanya
“ada apa Rom?”
“mm, nggak ada.. o saya ke toilet dulu ya”
Bantah Romeo. Ia langsung beranjak dari sofa untuk ke toilet. Sebenarnya Luna agak curiga terhadap Romeo yang langsung gugup ketika di tanya. Namun sebelum ia memikirkannya lebih dalam, Romeo mengagetkannya
“ei, udah malem nih.. saya anter kamu pulang ya…?!!”
Kata-kata itu mengagetkan Luna, sehingga iapun menjawab
“ehh, nggak usah.. kamu kan masih sakit.”
Tolak Luna.
“udah mendingan kok seteah kamu dateng.. lagian nggak baik kan kalo cewek pergi malem-malem“
Luna akhirnya mengalah. Setelah sampai di rumah Luna, Luna mengajak untuk masuk. Kemudian Romeo dikenalkan dengan ibu dan nenek dari Luna. Mereka menyambut dengan hangat kehadiran Romeo.
“aduh terima kasih ya sudah mengantarkan cucu nenek dengan selamat”
Kata neneknya. Disana Romeo baru merasakan mempunyai keluarga. Baru pertama kali ia dapat tertawa lepas setelah sekian lama terpuruk oleh penyakitnya. Waktu itu bagaikan miliknya sendiri, sampai-sampai ia lupa dengan penyakit yang di deritanya. Rumah itu memang kecil, tapi kebahagian didalamnya amatlah luar biasa. Jam tangannya menunjukan jam 11.00. ia harus pulang. Walau benak hati ingin tetap disana. Tapi itu bukan rumahnya. Sesampai dirumahnya, hp-nya berdering
“halo”
“halo ini papa Romeo.”
“hmmh… masih inget ama saya pa?”
“ ya ingetlah.. oya katanya kamu kena kanker hati ya? Kalo kamu mau operasi, papa udah daftarin kamu di rumah sakit keluarga kita di singapore”
“PA!!!!! AKU NGGAK AKAN OPERASI!! AKU CUMA MAU KELUARGA KITA KUMPUL KAYAK GINI!! YANG PAPA PIKIRIN HANYA UANG, UANG DAN UANG!!!!!”
Romeo mematikan hp-nya dan masuk kamar.
Keesokan harinya, terdengar pintu rumah Romeo diketuk beberapa kali. Romeo yang baru saja menyeduh kopi langsung membukakan pintu. Saat pintu dibuka, terlihat seorang wanita tersenyum melihat Romeo.
“Nadine…??”
Romeo terkejut. Nadine adalah kakak sepupu dari romeo, sebenarnya mereka sangat dekat. Namun karena faktor pekerjaan, Nadine harus pergi ke Jakarta dan menetap disana. Romeo mengajak Nadine masuk kedalam rumah.
“mm, gini Rom.. gue kesini disuruh bokap lo.. untuk bujuk lo supaya mau operasi. Katanya.. lo kena kanker hati ??”
Kata Nadine hati-hati. Romeo menoleh, menatap Nadine tak percaya ayahnya telah membocorkan rahasia penyakitnya.
“oh, jadi semua udah tau??? Gue nggak akan operasi!! Gue pengen hidup gue nggak tergantung dengan uang lagi..”
“gue nggak mau liat lo mati!”
“semua orang pasti mati kan??!”
Nadine terdiam. Romeo menyuruh pembantunya untuk memyediakan Nadine kamar tidur.
Keesokan harinya, Romeo mengunjungi rumah Luna untuk menjemputnya. Keluarga Luna menyambutnya dengan hangat. Mereka pergi ke panti asuhan bersama-sama. Disana mereka memberikan mainan, makanan, dan bunga dari toko bunga Luna. Melihat Luna begitu bahagia mengembalikan semangat hidupnya. Timbulah rasa cinta didalam lubuk hati Romeo. Ia ingin membuat Luna lebih bahagia dari kali ini. Lunapun merasakan yang sama. Namun dia takut mengecewakan Romeo. Rasa itu mereka pendam hingga berbulan-bulan. Hingga tiba saatnya Romeo mengutarakan rasa cintanya kepada Luna. Dibawah lembayung senja, dikelilingi lilin dan bunga. Romeo mengutarakan cintanya.
“Lun, saya tau, kita udah lama saling kenal.. kita selalu merasakan suka dan duka bersama-sama.. saya nggak tau hubungan kita harus dikatakan seperti apa… saat saya nggak ada, kamu selalu mencari saya.. begitupun saya.. mungkin saya udah mati sekarang kalo nggak ketemu sama kamu………………
Apakah saya boleh mencintai kamu?”
Luna terkejut mendengar kata-kata Romeo. Ia memang sudah merasa Romeo akan berkata seperti itu. Tapi, ia tidak mau mengecewakan Romeo.
“hh.. kamu ngomong apa sih??”
Romeo berusaha meyakinkan luna.
“Saat ini saya rasa kamulah yang terbaik.. s, saya suka kamu.. maukah kamu menjadi gadisku?”
Jantung mereka berdebar kencang. Namun Luna tak percaya pada kata-kata Romeo. Hari itu menjadi sangat sunyi sejenak. Mereka berdua membisu.
“Maaf, saya bukan cewek yang semudah itu kamu permainkan”
Luna beranjak dan meninggalkan Romeo sambil membawa tongkat. Tak dirasa air mata menetes dipipinya. Tersipu, marah, bahagia, tersanjung, kecewa, semua tercampur di dalam hati. Romeo mengejarnya dan mencoba menenangkannya.
“Lun, tunggu Lun.. LUNA..! dengerin saya, kalo saya cuma mau mempermainkan kamu.. saya nggak perlu menunggu hingga berbulan kayak gini!! Kenapa nggak saat itu?! Kenapa seminggu setelahnya?! Kamu kira aku disini untuk apa??!!!”
Luna yang masih bimbang berkata.
“ Oya?!!! Apa kamu bisa buktiin??!”
Romeo terdiam, ia tak dapat berkata-kata lagi. Seakan akan lidah dan tenggoroknya kaku.
“ dasar kamu pengecut…!!
PENGECUT!!!!!!!!”
Luna pergi, sedangkan Romeo terduduk lesu di kursi makan dengan hidung yang mengeluarkan darah.
Tiga hari berlalu, Luna kembali menjalani hidupnya dengan bunga-bunga. Dan Romeo menjalani hidupnya dengan obat-obatan. Mereka memang saling cinta, tapi mereka tak tau harus berbuat apa. Sampai akhirnya, Romeo kembali ke panti asuhan. Iapun bercerita pada pengasuh disana, tentang apa yang terjadi padanya. Pengasuh itu tersenyum dan menasehati Romeo agar jangan pernah menyerah.
Setelah beberapa hari, saat Romeo sedang memotret pemandangan di sebuah bukit, ia melihat Luna sedang merenung dalam kebimbangannya. Luna tau ada orang yang mendekatinya. Saat ia berbalik, Romeo dengan cepat menciumnya dengan hangat. Mereka telah merasakan sesuatu yang tak biasa. Berbeda dengan yang lain.
“Apa-apain sih kamu Rom??!”
Kata Luna dengan wajahnya yang sedikit memerah.
“Ini bukti Lun, bukti bahwa saya cinta sama kamu Lun”
Jawab Romeo. Suasana sore yang indah di bukit tersebut seakan menjadi saksi bisu kisah mereka berdua. Luna luluh dipelukan Romeo, dan mereka bahagia menikmati lembayung sore di bukit itu. Namun timbul perasaan takut dari Romeo. Rasa takut meninggalkan Luna.
“Lun, jika kamu udah bisa liat lagi.. saya mohon kamu ketempat ini.”
Luna merasa ada yang aneh dalam diri Romeo.
“kenapa? Mm dan untuk apa??”
Romeo tersenyum. Sambil menatap Luna yang hatinya bertanya-tanya.
“untuk terakhir kalinya kamu ngeliat saya disini dengan tenang.”
Mulailah timbul perasaan takut pada Luna. Dengan mengerutkan keningnya, Luna bertanya agak serius kepada Romeo.
“Kamu nggak apa-apa kan? Kamu nggak akan ninggalin saya kan?”
Romeo langsung bangun dari duduknya dan menarik badan Luna agar mereka berhadapan jelas.
“saya nggak apa-apa selagi saya ada di dekat kamu! Dan saya nggak akan ninggalin kamu selagi kamu masih menginginkan saya.”
Petang mengakhiri pertemuan dua sejoli ini. Romeo mengantarkan Luna pulang.
Kisah mereka belum sampai disini. Masih ada satu keinginan Luna, yaitu mempunyai mata yang normal. 3 minggu berlalu. Romeo semakin terpuruk dengan penyakitnya. Terus dan terus. Sampai akhirnya Luna mendapatkan pendonor mata. Luna sangat bahagia. Namun ada rasa kecewa, karena sang pendonor memberikan satu syarat, yaitu setelah matanya mulai normal, ia harus meninggalkan Bandung. Ia ragu harus meninggalkan Romeo, kekasihnya. Namun keluarganya mendorong Luna untuk menandatangani surat pernyataan itu.
“sudahlah Luna, kamu kan bisa berhubungan jarak jauh sama Romeo.”
Kata-kata itu seakan menghipnotis Luna untuk meng-ia-kan segalanya.
Dua tahun berlalu. Dua tahun pula Luna menjalani hidup baru tanpa Romeo disampingnya. Luna kini menjadi seorang pelukis professional dan bersahabat dengan seorang penyanyi yang sedang merintis kariernya yang bernama bryan . Kemudian timbul rasa pada Luna untuk bertemu dengan kekasihnya. Selama ini ia hanya dapat berkomunikasi lewat surat. Akhirnya ia putuskan untuk kembali ke Bandung. Sesampainya disana luna pergi kerumah neneknya yang dulu. Akan tetapi, semua orang yang berada disana memperlakukan Luna dengan aneh. Dan selalu mencegah Luna untuk pergi menemui Romeo. Satu hari terlewati. Luna tak mendapatkan apa-apa. Rindunya semakin memuncak. Luna akhirnya menghubungi bryan untuk membantunya menemui Romeo. Bryan bersedia. Akhirnya mereka sampai di rumah milik Romeo. Akan tetapi, saat pintu dibuka, seorang wanita berbadan kurus tinggi menyambutnya. Sontak Luna terkejut.
“maaf, bisa bertemu dengan Romeo?!!”
Kata Luna penasaran.
“saya Nadine, kakaknya Romeo.. kamu siapa??”
Nadine balik bertanya.
“saya Luna, pacarnya Romeo”
Luna menjawab. Nadine terkejut dan dengan cepat menutup pintu. Luna memohon. Dan terus memohon. Hingga dengan sedikit terpaksa, Nadine mempersilahkan mereka masuk. Dengan segelas Hot Chocolatte, Nadine memberikan sebuah surat dari Romeo untuk Luna yang berisikan:
“Hi Lun apa kabar? Mm mungkin saat kamu baca surat ini, saya udah nggak ada. Maaf karena saya nggak memberi tahu kamu bahwa sejak pertama kita bertemu, saya sudah divonis menderita penyakit kanker hati. Maaf saya udah berani ninggalin kamu disaat kamu bahagia. Maaf saya udah ngecewain kamu. Tapi saya yakin, cinta kita akan jadi yang terakhir bagi saya.”
Luna tak tau harus bagaimana. Ia tak mampu membendung air matanya. Ia jatuh di pelukan Bryan. Reno dan Nadine mencoba menenangkan Luna. Nadine mengatakan bahwa Romeo meninggal bukan tidak meninggalkan apa-apa. Romeo memberikan matanya hanya untuk Luna. Luna semakin terkejut mendengar semua penjelasan Nadine. Akhirnya Nadine mengajak Luna ke bukit, tempat Romeo disemayamkan.
“kenapa kamu nggak bilang Rom.. Kenapa? Kamu udah ninggalin cerita cinta yang belum usai…”
Kata Luna seakan tak percaya jika Romeo telah tiada. Hari mulai gelap. Nadine dan Bryan membujuk Luna untuk pulang. Namun Luna bersikeras ingin tetap disana. Dinginnya kota Bandung tak dirasanya. Karena ia merasa tenang dan nyaman berada didekat Romeo, walaupun hanya tinggal raga yang tertimbun tanah dan pasir.
Keesokan harinya, dengan diantar Bryan, Luna kembali ke Jakarta. Dan mencoba melupakan Romeo. Mencoba untuk membuka lembaran baru bersama lukisan-lukisannya. Nadine pun telah mengerjakan tugasnya dengan baik dan akhirnya kembali ke Jakarta. Banyak hal yang ia dapatkan dari Luna dan Romeo. Dan ia yakin bahwa cinta tak akan musnah, walaupun dua insan sudah terpisah alam dan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar